Senin, 01 Maret 2010

Teori Cermin

Aku mendengar pertama kali tentang teori cermin dari sahabatku,, pertamanya sih aku ga terlalu ngerti apa yang dimaksud dengan teori cermin itu. Akhirnya setelah aku coba cari tau dari beberapa sumber,, inilah yang dimaksud dengan teori cermin :

“Teori cermin atau mirror thesis mengatakan bahwa hukum itu hanya mencerminkan kembali keadaan masyarakatnya”.

“Bila kita sedang tidak bersemangat, karena semua usaha gagal atau tantangannya terlalu sulit, maka kita melihat kehidupan ini gelap tak berarti dan sangat menyakitkan. Kita mulai menyalahkan orang lain. Bukannya sibuk berusaha lebih keras, tetapi kita akan cenderung sibuk mencari kesalahan orang lain. Sebelum bersikap negatif saat kita menghadapi kenyataan hidup yang pahit, segeralah mengambil sebuah cermin dan memandang sesosok manusia di dalamnya. Bila kita memandangnya lebih seksama, dialah orang yang paling penting dalam kehidupan kita. Dialah orang yang palng bertanggung jawab menciptakan segala kebaikan maupun keburukan, suka maupun duka dalam kehidupan kita. Dengan bercermin selain melihat kelebihan, diri kita juga akan melihat kesalahan dan kebodohan yang selama ini kita lakukan”.

Setelah membaca beberapa sumber tentang teori cermin di atas, aku jadi makin ngerti yang dimaksud sahabatku itu apa (karena sebelumnya sudah cukup connect sih). Mungkin dengan bahasa lebih gampangnya, yaitu bercermin dengan diri sendiri. Seperti tentang teori yang pernah aku baca di novel 5 cm karangan Donny Dhirgantoro, kalau manusia itu terbagi dalam dua jenis, yaitu manusia intrapersonal dan manusia extrapersonal (bener ga ya?! Lupa-lupa inget neh, hehe). Nah manusia extrapersonal itu kayaknya mirip dengan apa yang dideskripsikan dalam teori cermin,, kalau kata mas Donny sih manusia extrapersonal itu adalah orang yang menjadikan faktor luar sebagai penyebab dari segala hal yang terjadi di dalam dirinya, contohnya seorang pemain bulutangkis yang kalah di sebuah pertandingan, dia berpikir bahwa dia kalah itu karena ibunya ga dateng buat nonton dia tanding sehingga itu mengurangi semangat dia dalam bertanding, bukannya melihat ke dalam dirinya sendiri kenapa dia bisa kalah.

Yah,, intinya berarti kita harus bisa ngaca dulu sebelum nge-judge sesuatu. Aku inget dulu pernah baca sebuah blog yang isinya ngejelek-jelekin sejumlah artis yang dia rasa ga layak ada di dunia entertainment karena sama sekali ga ada bakat. Dia bilang artis A ga bisa akting, artis B suaranya jelek banget dan ga cocok buat jadi penyanyi, dan kritik-kritik lainnya yang bisa dibilang lumayan pedes (tapi sayangnya bukan tipikal kritik yang membangun). Waktu baca itu aku sudah mikir sih,, wah pasti ini orang hebat banget ya, dia ngomong artis A ga bisa akting itu artinya dia bisa akting lebih bagus dari si artis A?! dia ngomong artis B jelek suaranya dan ga cocok jadi penyanyi, itu artinya dia lebih bagus suaranya dan lebih cocok untuk jadi penyanyi?!

Yah tergantung penilaian masing-masing oranglah,, yang pasti aku berharap bisa jadi orang yang selalu tau caranya ‘ngaca’ sebelum nge-judge diriku sendiri apalagi orang lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar